jump to navigation

Dua sisi keping Kehidupan 18 September 2007

Posted by moenz in Cetusan.
trackback

That ye grieve not for the sake of that which hath escaped you, nor exult because of that which hath been given [The Iron : 23]

Kehidupan ini tidak lebih dari dua wajah keping mata uang. Di balik setiap kebahagiaan, maka di belakangnya kesedihan akan siap menggantikan. Di sisi cinta, ada benci yang menunggu. Ada positif di belakang negatif.
Perjumpaan yang kita tunggu-tunggu, dinantikan dengan harap-harap cemas, dan disambut dengan rona bahagia yang meliputi semesta, toh pada hakikatnya hanya akan mengantarkan kita pada perpisahan, yang tak lepas dari kesedihan, dan gurat-gurat kesenduan.

Kelahiran yang dinantikan, dirayakan dengan seribu asa, bayi yang disambut dengan tawa girang dan kebanggaan. Sehari, setahun, empat lima puluh tahun, toh ujungnya hanya berakhir pada kematian. Tangisan. Kepedihan. Kenangan-kenangan.

Kelulusan kuliah yang dirayakan dengan segenap hingar-bingar keceriaan, toh pada hitungan hari berubah menjadi kecemasan mengenai masa depan, pencarian pekerjaan, hingga kekhawatiran jadi pengangguran berpendidikan.

Kehilangan yang diratapi, kesulitan yang dihadapi, pastilah ada akhir, yang membaliknya dengan secercah nikmat dan kebaikan yang mengganti. Setidaknya, berkurangnya pecut kecut yang terasa dari himpitan yang menyiksa.

Sang Rahman telah mengajari kita tentang perspektif kehidupan. Bahwa emosi bukan berarti harus ditahan atau dihilangkan, karena sang Manusia Teladan pun menangis, tertawa, berbahagia maupun berduka. Namun itu semua bukan satu hal yang ada dengan sendirinya, dan pastilah bukan semata upaya lahir kita. Secukupnya sahaja. Karena masih ada yang harus dicari, dikejar, dan dipinta dengan seluruh daya.

Tinggallah kita yang harus terus mencari kebahagiaan yang utama, perjumpaan abadi tanpa perpisahan kelak. [pekan pertama ramadhan]

Comments»

1. didinkaem - 24 October 2007

“….Di balik setiap kebahagiaan, maka di belakangnya kesedihan akan siap menggantikan…. ” gantinya ekivalen gitu pak ?

2. moenz - 24 October 2007

ya belum tentu ekivalen dan sama porsinya. tapi ukuran-ukuran kebahagiaan, kesedihan, duka, suka itu tidak pernah kuantitatif toh? hal kecil bisa menjadi kebahagiaan luar biasa, sebagaimana kehilangan sedikit juga bisa memunculkan duka lara tak terperi.


Leave a reply to moenz Cancel reply